Jumat, 16 Desember 2011

Pertumbuhan Ekonomi Riil Vs Pertumbuhan di Atas Kertas

Menurut para ekonom Austria dikatakan bahwa, gelembung ekonomi pada umumnya dianggap memiliki dampak negatif terhadap perekonomian karena kondisi tersebut cenderung menyebabkan mis-allocation sumber daya. Gelembung ekonomi ini jugalah yang menyebabkan gelembung likuiditas moneter yang berlebihan dalam sistem keuangan, mendukung standar pajak atau pinjaman yang tidak tepat oleh  bank (mal-investment). Selain itu, kecelakaan yang biasanya mengikuti suatu gelembung ekonomi dapat merusak sejumlah besar kekayaan dan menyebabkan kelesuan ekonomi berkelanjutan; pandangan ini terutama terkait dengan utang-deflasi berdasarkan teori Irving Fisher , dan diuraikan dalam ekonomi Post-Keynesian . Di masa lalu, seorang ekonom besar Austria Murray Rothbard menulis, gelembung disebabkan oleh perbankan cadangan fraksional, dimana bank mencetak uang kertas lebih dari emas yang mereka miliki di deposito tanpa aset riil. Keadaan dimana pasar investasi selalu mengalami ketidakpastian inilah yang melandasi suatu pemikiran bahwa terjadinya gelembung ekonomi merupakan salah satu konsekwensi siklus bisnis riil. Dalam hal ini Teori Siklus Bisnis Austria mungkin tampak seperti suatu hal yang tidak penting. Lagi pula, jika kebijakan berfungsi untuk memperlambat, apa bedanya jika lambat sebagai hasil dari kebijakan moneter atau kegiatan siklus normal? Beberapa ahli percaya bahwa upaya untuk menunda penurunan tak terelakkan tetapi justru membuat keadaan lebih parah. Bahkan, pengembang dari Teori Siklus Bisnis Austria, Ludwig von Mises, menulis, “Alternatifnya adalah apakah krisis harus datang lebih cepat sebagai hasil dari sukarela ditinggalkan ekspansi kredit lebih lanjut, atau kemudian sebagai bencana akhir dan total sistem mata uang yang terlibat. “ Alasan ekonomi sulit jatuh setelah upaya untuk meringankan kredit melalui penurunan suku bunga ini disebabkan oleh efek gelembung yang tercipta. Dalam gelembung, bagaimanapun, perusahaan bergerak lebih kolektif, baik atas dan bawah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan yang cepat, sesuai dengan Teori Siklus Bisnis Austria. Bahkan, karena penurunan itu membutuhkan waktu lebih lama untuk dikembalikan kekondisi normal.

Tentu saja kecaman mengenai Teori Austria Siklus Bisnis bukan saja pada bagaimana dengan efek yang ditimbulkan dari pendekatan yang dilakukan (yaitu mencakup kemampuan teori tersebut dalam merespon potensial krisis yang mungkin terjadi, tetapi juga mengenai saran terhadap sistem perbankan bebas tanpa intervensi pemerintah, (meskipun dengan alasan kelambanan dalam mengatasi dan mengurangi potensi gelembung ekonomi), karena walau bagaimanpun jika segalanya diserahkan pada pasar maka akan timbul efek negatif dari mekanisme tersebut, dimana karena tidak adanya tindakan yang membatasi, maka ekspansi kredit dan kenaikan harga saham tidak akan dapat dikontrol sehingga harga-harga semakin tidak terjangkau dan masyarakat pun semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan produksi yang pada akhirnya justru akan membuat kekacauan dan instabilitas dalam sistem keuangan nasional. Tentu saja kita ingat bagaimana sistem keuangan makro di Amerika Serikat yang juga berdampak pada krisis keuangan global pada tahun 2008 merupakan salah satu contoh dan bentuk bagaimana system perbankan di Amrika Serikat mengalami kegagalan dan mempengaruhi perekonomian secara sistemik, dan disinlah peran pemerintah (Fed Bank) untuk bertindak dan mengurangi dampak yang lebih besar dan mempengaruhi perekonomian makro Amerika maupun dunia.

Kritik saya terhadap pandangan ini adalah bagaimana mengenai intervensi pemerintah yang tetap diperlukan, karena biar bagaimanapun peran pemerintah adalah sebagai controlling, karena jika segalanya diserahkan pada kekuatan pasar justru dalam jangka panjang akan memberikan dampak yang negative dan pada akhirnya membawa kepada suatu negara jatuh dalam jurang krisis yang berkepanjangan dan bersifat sistemik. Dengan kata lain, pada saat kondisi tertentu kebijakan pemerintah mutlak dilakukan terutama jika pasar tidak mampu lagi menjaga kestabilan harga yang membawa pada kondisi gelembung ekonomi yang mampu membawa jatuhnya perekonomian nasional pada krisis ekonomi yang berkepanjangan. Meskipun dalam hal ini setiap negara memilki potensi resiko yang berbeda, sehingga dalam penerapan kebijakan tidak ada resep yang jitu dan sama dari setiap permasalahan.

Salah satu apresiasi yang dapat diberikan untuk pendapat Von Mises, sebagai salah satu penganut teori Austria adalah pendapatnya mengenai intervensi yang dilakukan oleh pemerintah, Mises menunjukan bahwa justru intervensi pemerintah dalam sistem moneter selalu menimbulkan inflasi karena dengan intervensi tersebut maka akan menstimulan terjadinya ekspansi kredit yang secara tidak langsung justru mendorong terjadinya peningkatan supply uang yang pada akhirnya tidak dapat memberikan manfaat sosial maupun ekonomi (karena justru lebih menekankan pada pertumbuhan daripada pemerataan). Oleh karena itu Mises juga berpendapat bahwa pemerintah justru harus dipisahkan dari sistem moneter, sama halnya bahwa pasar bebas memerlukan agar pemerintah tidak mengintervensi di wilayah lain dalam perekonomian.

Selain itu juga peran dan fungsi kebijakan pemerintah dibidang fiscal, yang notabene mutlak untuk dilakukan dalam rangka mengimbangi ekspansi kredit secara berlebihan. Seperti kita ketahui, bahwa fungsi dari ekspansi kebijakan fiscal adalah memiliki kemampuan untuk menyerap sekaligus mengalokasikan pendapatan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka menggerakan ekonomi sector riil secara keseluruhan, sehingga bukan hanya pertumbuhan ekonomi berdasarkan nilai diatas kertas semata tetapi pertumbuhan ekonomi secara nyata yang mampu mengahasilkan factor output dan pendapatan masyarakat.

Mudah-mudahan rencana pemerintah untuk melakukan ekspansi fiscal baru-baru ini mengenai rencana pemerintah dalam meningkatkan sector penerimaan pajak, terlebih lagi setelah digulirkan rencana peningkatan penerimaan pajak yang diperuntukkan bagi golongan kaya dan berpenghasilan besar, diharapkan bukan hanya sebagai suatu retorika belaka akan tetapi benar-benar bisa dilakukan dengan nyata. Dalam hal ini reformasi pajak dan penggunaan pajak harus mampu memulihkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pungutan pajak selama ini. Apalagi dengan berbagai kasus-kasus pajak yang melibatkan oknum-oknum pajak itu sendiri.


sumber: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2010/10/21/pertumbuhan-ekonomi-riil-vs-pertumbuhan-diatas-kertas-suatu-kritik-terhadap-pandangan-post-keynesian/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar